KM Taliwang - Pernah di suatu hari, saya, istri dan dua keponakan saya, Ida dan Hana, jalan jalan ke pantai Maluk. Alhamdulillah perjalanan lancar. Meski motor saya tersendat-sendat karena tidak kuat naik tanjakan. Maklum termasuk motor tua, hehehe. Syukur Alhamdulillah setelah melewati tantangan jalan terjal, berlubang dan turunan menukik semua berjalan sesuai rencana.
Kami melewati pintu masuk Newmont. Mobil dan motor terparkir di lahan yang luas. Entah berapa karyawan yang sedang bekerja di Newmont hari itu. “Oh ini tambang Newmontnya,” ucap Ida. Seakan-akan sudah lama ia pikirkan dimana tambang Newmont itu.
Kami sampai setelah kurang lebih satu jam perjalanan. Pantai Maluk dalam tatapan kami. Buliran pasir pantai menerima kedatangan kami. Deru ombak naik turun menambah riuh suasana. Sebab Hana dan Ida terkekeh-kekeh melihat Bu Lek-nya menaikan kedua kaki ke atas kursi batu ketika air laut naik. Saya pun tak kuat menahan kegelian ini. Lucu juga istriku ini, pikirku sesaat.
Kami menikmati setiap angin berhembus. Panas terik matahari semakin menambah seru suasana. Hana dan Ida tak henti mengeluh. Akhirnya kami pindah ke pantai Benete. Meski buliran pasirnya tidak secantik pasir pantai Maluk. Pasir pantai Benete hitam kusam. Kali ini Hana Nampak lebih riang. Syukurnya ada pohon-pohon rindang. Sehingga membuat hati sejuk. Saya pun sempat tertidur beberapa menit. Hingga saat istri mengajak bicara saya tidak tahu. Ingin lagi kami kembali ke tempat ini suatu hari nanti. Sehari di pantai Maluk tak akan terlupakan. Pantai Maluk tidak kalah indah dengan pantai Batu Payung, Bukti Kuasa Ilahi. Silahkan dibandingkan keelokan keduanya.
0 KOMENTAR
TULIS KOMENTAR